Seorang cendekiawan Muslim yang sebelumnya ditolak visanya dan dilarang memberikan ceramah di AS kini dijadwalkan untuk berbicara di Universitas Hukum Harvard.
Adam Habib dari Universitas Johannesburg di Afrika Selatan akan berbicara pada hari Rabu ( 31/3) mengenai pengecualian ideologis di dalam sebuah acara yang disponsori oleh American Civil Liberties Union (ACLU) Massachusetts.
Pada bulan Januari, Menteri Luar Negeri Hillary Clinton menandatangani surat perintah yang memungkinkan Habib dan Tariq Ramadhan dari Universitas Oxford, Inggris, masuk AS lagi.
Perintah tersebut ditandatangani setelah kelompok-kelompok HAM Amerika mengajukan tuntutan hukum melawan pencekalan kedua cendekiawan itu masuk ke AS.
Habib adalah kritikus vokal perang Irak dan beberapa kebijakan AS terkait terorisme.
Pada tahun 2007, American Civil Liberties Union mengajukan sebuah kasus di Boston melawan Departemen Luar Negeri dan Keamanan Dalam Negeri yang menolak untuk memberikan visa kepada Adam Habib, menuduhnya terlibat dalam aktivitas teroris. “Pemerintah gagal menjelaskan dasar tuduhan ini, apalagi menyediakan bukti untuk membuktikannya,” ujar kelompok tersebut. “ACLU menuntut pemerintah membuktikan pencekalannya terhadap Habib atau memberikannya visa.” Melissa Goodman, salah satu pengacara Union menuduh pemerintah AS memperpanas perdebatan politik dan mencemari reputasi Habib tanpa memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.
“Tampaknya Profesor Habib dikecualikan bukan karena tindakannya tapi karena sudut pandang politik dan orang-orang yang ia kenal,” ujarnya.
Tantangan hukum itu menggantikan tuntutan hukum sebelumnya yang diajukan pada bulan September atas penolakan pemerintah untuk memberikan visa pada Habib, menyebutnya sebagai penyensoran dan pelanggaran hak konsitusional atas kebebasan berbicara.
Habib adalah seorang ilmuwan politik yang menjabat sebagai wakil ketua penanggung jawab penelitian, inovasi, dan pengembangan di Universitas Johannesburg. Ia terkenal sebagai kritikus perang Iran dan perang AS melawan teror, yang meminta pemerintah untuk menghormati HAM dan peraturan hukum dalam merespon ancaman terorisme.
Pemerintah AS mencabut visanya pada bulan Oktober 2006 tanpa penjelasan, menurut ACLU. ”Sebagai seseorang yang mempelajari demokrasi di seluruh dunia, sangat mengewakan bahwa pemerintah AS menolak untuk mengijinkan saya memasuki perbatasannya karena sudut pandang politik yang saya miliki,” ujar Habib. “Meskipun saya mengkritik kebijakan luar negeri AS sebagai komentator politik, sangat konyol untuk mengasosiasikan saya dengan terorisme,” ujarnya.
ACLU mengatakan bahwa pencekalan Habib adalah bagian dari pola besar para cendekiawan, aktivis HAM, dan penulis asing yang dilarang masuk ke AS karena kritik-kritik mereka terhadap kebijakan negara tersebut.
Tahun 2006, ACLU mengajukan tuntutan hukum serupa untuk melawan penolakan pemerintah AS terhadap pengajuan visa Tariq Ramadhan, cendekiawan Muslim dari Swiss. Seorang intelektual kontroversial, Ramadhan adalah cucu dari Hassan al Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin, gerakan sosial dan politik Islam yang didirikan di Mesir tahun 1920an. (rin/bh/mta)(suaramedia)
Related Post:
islam pekan ini
- Dipaksa buka jilbab,muslimah AS tolak foto SIM
- Iran: Ayah Baptis Israel Rencanakan Plot Baru Al Quds
- Ahmadinejad: Israel Akan "Hancur" Jika Serang Gaza
- Serangan Helikopter Israel Korbankan Anak Palestina
- Israel Sebarkan Pamflet ”Respon” Di Gaza
- Baru!kartu kredit islami
- “Sekolah adalah hakku, jilbab adalah pilihanku.” (muslimah belgia)
- Sembuhkan Citra Islam, Mahasiswa Muslim Ulurkan Tangan Untuk Tunawisma!
- Gila!Universitas Kairo Hapus Palestina Dari Peta.
0 comments:
Posting Komentar